Rabu, 26 April 2017

PRAKTIKUM MANAJEMEN PASTURA “Kapasitas Tampung Ladang Pengembalaan”

LAPORAN PRAKTIKUM
 MANAJEMEN PASTURA
“Kapasitas Tampung Ladang Pengembalaan”


OLEH
NAMA            : GORISMAN MATUALESI
STAMBUK   : L1A1 13 009
KELAS           : A
ASISTEN        : ASIS SURAJAT


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Padang penggembalaan merupakan suatu areal yang ditumbuhi vegetasi dominant famili Gramineae dan mungkin juga terdapat jenis tumbuhan lainya seperti legume, dan herba lainya yang digunakan untuk makanan ternak. Padang penggembalaan daerah tropic biasanya menghasilkan hijauan yang melimpah pada musim hujan, pada saat sesudah itu tunas tanaman biji tumbuh dan berkembang dengan baik dan cepat.
Hijauan makanan ternak memegang peranan penting bagi ternak Ruminansia, besarnya  sumbangan hijauan bagi ternak Ruminasia 74-94% atau bisa mencapai 100% . Untuk memenuhi kebutuhan ternak maka dibutuhkan hijauan yang mempunyai kualitas tinggi, kuantitas yang cukup serta ketersediaan dapat berkelanjutan. Penyediaan pada padang pengembalaan dapat berupa rumput dan legume dengan komposisi rumput 60% dan legume 40%
Upaya peningkatan produksi ternak harus seiring dengan peningkatan kualitas dan kuantitas pakan hijauan. Karena pakan hijauan dapat  juga berfungsi sebagai Bulk dan juga sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Pertambahan populasi yang begitu pesat akan menyebabkan peningkatan kebutuhan suplai pakan hijauan, hal ini akan mengakibatkan lebih banyak sumber daya lahan yang diperlukan untuk dijadikan sebagai tempat penggembalaan ternak.
 Untuk menjaga agar ketersediaan akan hijauan pakan ternak jangan sampai kekurangan maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan hijauan yang tumbuh secara alami sebagai padang pengembalaan dan integrasi ternak terhadap Tanaman makanan ternak kedalam pola perkebunan dan pertanian setempat, selain itu perlu adanya pembuatan kebun rumput atau padang penggembalaan yang dapat menyediakan berbagai jenis hijauan unggul serta  disesuaikan dengan kapasitas tampung terhadap jumlah ternak

            Indonesia merupakan Negara agraris (daerah tropic) yang sebagian besar penduduknya hidup dari usaha pertanian. Diversifikasi tanaman padi dan tanaman pangan lainnya sangat lainnya sangat membantu pemerintah dalam mendukung pembangunan pertanian. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani bagi tubuh disertai perbaikan sosial ekonomi masyarakat menyebabkan permintaan bahan pangan yang berasal dari ternak semakin meningkat, sehingga menuntut peningkatan produksi dibidang peternakan.

1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum Padang Penggembalaan yaitu untuk mengetahui komposisi botanis dari lahan penggembalaan di labolatorium kandang lapang Universitas Halu Oleo.
Adapun manfaat dari praktikum Padang Penggembalaan diharapkan pada mahasiswa agar dapat mengetahui jeni-jenis tanaman makanan ternak dilahan penggembalaan penggembalaan di labolatorium kandang lapang Universitas Halu Oleo dan dapat mengetahui proses perhitungan dari hasil pengambilan sampling, serta dapat menetukan jenis tanaman yang dominan di lahan penggembalaan penggembalaan di labolatorium kandang lapang Universitas Halu Oleo juga dapat mengetahui kualitas dan kuantitas padang penggembalaan yang terdapat disekitar wilayah penggembalaan di labolatorium kandang lapang Universitas Halu Oleo baik itu dari komposisi botani, kapasitas tampung, keadaan lahan dan lain sebagainya








II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Padang Pengembalaan
            Padang Penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat menyenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Padang penggembalaan tersebut bisa terdiri dari rumput atau leguminosa, tetapi suatu padang rumput yang baik ekonomis adalah yang terdiri dari rumput dan leguminosa (Anonimous, 1995).
            Perluasan areal padang penggembalaan adalah upaya memperluas padang penggembalaan guna meningkatkan produksi hijauan makanan ternak yang berkualitas (Reksohadiprodjo, 1985).
            Padang penggembalaan adalah tempat atau lahan yang ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak) yang digunakan untuk menggembalakan ternak (Yunus, 1997).
            Usaha  padang  penggembalaan adalah suatu bentuk usaha peternakan (ternak ruminansia) yang menggunakan padang penggembalaan, dengan landasan kapasitas tampung (carrying capacity) (Reksohadiprodjo, 1985).
            Fungsi padang penggembalaan adalah untuk menyediakan bahan makanan bagi hewan yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit, sedangkan ternak menyenggut sendiri makanannya di padang penggembalaan. Rumput yang ada didalamnya dapat memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini disebabkan pengaruh tanaman rumput pada tanah, rumput yang dimakan oleh ternak dikembalikan ke padang penggembalaan sebagai kotoran yang menyuburkan dan menstabilkan produktivitasnya dari tanah itu sendiri (Anonimous, 1990).
            Syarat padang penggembalaan yang baik adalah produksi hijauan tinggi dan kualitasnya baik, persistensi biasa ditanam dengan tanaman yang lain yang mudah dikembangbiakkan. Pastura yang baik nilai cernanya adalah pastura yang tinggi canopinya yait u 25 – 30 cm setelah dipotong (Utomo, 1983).


2.2. Macam – Macam Padang Penggembalaan
            Padang Penggembalaan alam merupakan padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanent, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan (Reksohardiprodjo, 1985).
            Padang Penggembalaan alam yang sudah ditingkatkan merupakan spesies – spesies hijauan makanan ternak dalam padangan belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi botaninya sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan (defoliasi)(Reksohardiprodjo, 1985).
            Padang Penggembalaan buatan (temporer) dimana tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi padangan permanent atau diseling dengan tanaman pertanian (Reksohardiprodjo, 1985).
            Padang Penggembalaan dengan Irigasi dimana padangan biasanya terdapat didaerah sepanjang sungai atau dekat sumber air. Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 – 4 hari (Reksohardiprdjo, 1985).

2.3. Komposisi Botani
Komposisi botani padang penggembalaan tidak selalu konstan. Perubahan susunan komponen selalu terjadi oleh pengaruh musim, kondisi tanah dan sistem penggembalaan. Komposisi suatu padang penggembalaan dipengaruhi oleh curah hujan, ketinggian tempat dan pengelolaan penggembalaan. Komposisi botani suatu padang rumput sebagian besar ditentukan oleh tata laksananya (McIlroy, 1976). Dijelaskan lebih lanjut bahwa penggembalaan berat pada awal musim penggembalaan yang diikuti dengan periode istirahat cenderung akan menekan jenis tumbuhan yang masak dini dan menguntungkan jenis-jenis yang tumbuh lambat, sedangkan jika menunda penggembalaan sampai musim penggembalaan lebih lanjut akan berpengaruh sebaliknya.
2.4. Pengukuran Kapasitas Tampung
            Kapasitas tampung adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar (Reksohadiprodjo, 1985). Kapasitas tampung juga dapat diartikan sebagai kemampuan padang rumput dalam menampung ternak (Susetyo, 1980) atau jumlah ternak yang dapat dipelihara per satuan luas padang penggembalaan (Subagiyo dan Kusmartono, 1988).
           Kapasitas tampung identik dengan tekanan penggembalaan (stocking rale)yaitu jumlah ternak atau unit ternak persatuan luas padang penggembalaan (Anonimous, 1979 dalam Mudumi 1990).
          Identifikasi tanaman bertujuan untuk mengetahui jenis – jenis tanaman rumput dan legume secara tepat dan cepat (Reksohadiprodjo, 1985).

2.5 Kemampuan Klass Pastural
            Daya tampung padang penggembalaan tergantung pada Kemiringan lahan, Jarak dengan sumber air, Kecepatan pertumbuhan/produksi tanaman pakan, Kerusakan lahan, Ketersediaan hijauan yang dapat dikonsumsi, Nilai nutrisi pakan, Variasi musim, Keadaan ekologi padang penggembalaan (Susetyo, 1980).
            Kelerengan dinyatakan dalam % dan dikelompokkan dalam kelas-kelas datar sampai agak datar 0-8%, berombak sampai bergelombang 9-15%, bergelombang 15 - 40% dan berbukit/bergunung >40% (Hakim, 1986).
Tekstur dinyatakan berdasarkan bandingan dalam bahan organik, fraksi pasir, debu dan liat dan untuk tanah mineral dikelompokkan dalam kelas-kelas berpasir, berlempung, berliat dan berdebu. Sedangkan tanah gambut dibagi menjadi dangkal (<2m) dan gambut dalam (>2m). (Arismunandar, 1983).
            Kemiringan lereng, panjang lereng, dan bentuk lereng semuanya akan mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan.
III. METODE PRAKTIKUM
3.1.Waktu dan Tempat
Praktikum pengolahan lahan budidaya tanaman jagung dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 1 Mei 2016 pukul 07. 00 WITA – selesai, bertempat di Laboratorium Lapang, Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo Kendari.

3.2. Alat dan Bahan
                   Alat yang digunakan dalam praktikum komposisi botani dan kapasitas tampung padang pengembalaan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Alat dan kegunaan dalam praktikum komposisi botani dan kapasitas tampung padang pengembalaan.
No
Alat
Kegunaan
1
2
Timbangan digital
Kuadran
Untuk mengukur kapasitas produksi

3
Pisau
Untuk memotong rumput
4
Kamera
Untuk mendokumentasikan hasil praktikum
5
6
7
8
9
Meteran
Karung
Amplop
Alat tulis
Patok kayu
Untuk mengukur lahan
Untuk tempat hasil pemotongan rumput
Untuk tempat rumput yang akan diopen
Untuk mencatat hasil pengamatan
Untuk membuat patok lahan

                   Bahan yang digunakan dalam praktikum komposisi botani dan kapasitas tampung padang pengembalaan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2.Bahan dan kegunaan dalam praktikum praktikum komposisi botani dan kapasitas tampung padang pengembalaan.
No
Bahan
Kegunaan
1
Rumput alam
Sebagai bahan pengamatan
2
3
4
Legum
Gulma
Tanaman lain
Sebagai bahan pengamatan
Sebagai bahan pengamatan
Sebagai bahan pengamatan




3.3.   Prosedur Kerja
Prosedur dalam praktikum komposisi botani dan kapasitas tampung padang pengembalaan yaitu :
1.    Melakukan survei dan memilih padang penggembalaan sebagai tempat pelaksanaan dan pengambilan sampel.
2.    Membuat petak dari tali raffia yg diikatkan pada patok kayu dengan ukuran 30x30 m.
3.    Melemparkan kuadran pada padang pengembalaan untuk menentukan dalam pengambilan sampel.
4.    Mengambil 10 sampel hijauan secara acak dengan cara memotong menggunakan pisau/gunting.
5.    Memisahkan antara rumput, legum, gulma dan tanaman lain.
6.    Menimbang sampel hijauan yang telah diambil.
7.    Memasukan hasil timbangan kedalam amplop.
8.    Hasil pengamatan tersebut dimasukan kedalam oven.
9.     Menghitung produksi hijauan per Ha dan kapasitas tampung ternak.











IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1. Komposisi Botani Padang Pengembalaan
            Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat diperoleh komposisi botani sebagai berikut :
Tabel 3. Komposisi Botani
No
Rumput
Legume
Gulma
Total
1.
31
70
127

2.
59
38
98

3.
101
-
197

4.
45
47
39

5.
32
-
239

6.
95
-
156

7.
144
-
83

8.
256
-
102

9.
123
-
37

10
290
-
98

Total
1176
155
1176
250,7
Komposisi Botani (kb)
% R =   ∑R   x 100% =   1176      x 100% = 46,909
               A                       250,7 
% L =   ∑L   x 100% =    155      x 100% =  6,183
               A                      250,7 
% G =   ∑L   x 100% =   1176   x 100% =  46,909
               A                       250,7                   100%
                                                                    






4.1.2. Kapasitas Tampung
Basis penelitian : bahan kering (BK)
BK rumput  x = 20 %
No
Rumput
Legume
Total
1.
31
70

2.
59
38

3.
101
-

4.
45
47

5.
32
-

6.
95
-

7.
144
-

8.
256
-

9.
123
-

10
290
-

Total
1176
155
250,7
Rata-rata
117,6
51,66
169,2

1 ha = 100 x 100 = 10.000 m2
169,2 x 4 x 10.000      = 6.768.000
                                       10.000
                                    = 6.768 gr x 20 %
                                    = 1.353,6 x 6
                                    = 8.121,6
Koreksi dengan PUF  = 60 %
                                    = 8.121,6 x 60 %
                                    = 4.872,96
Kapasitas tampung
1 ST = 1 ekor sapi jantan BB 300 kg
BB   = 3 % BB 
Konsumsi bk = 9 gr
1 tahun = 365 hari
9 x 365 = 3,285 kg/thn
                Produksi bk/ thn =   4.872,96 = 1,48 produksi bk/thn/konsumsi
                   Konsumsi               3,285



4.2. Pembahasan
            Peningkatan produksi ternak khususnya ternak ruminansia akan berhasil dengan baik jika ketersediaan pakan hijauan sebagai sumber pakan dapat dipenuhi secara kualitas dan kuantitas dan tersedia secara kontinyu. Hijauan makanan ternak bersumber dari padang rumput alam atau dengan melakukan penanaman hijauan makanan ternak. Jenis dan kualitas hijauan dipengaruhi oleh kondisi ekologi dan iklim di suatu wilayah. Ketersediaan hijauan pakan ternak di Indonesia tidak tersedia sepanjang tahun, dan hal ini merupakan suatu kendala yang perlu dipecahkan.
            Padang penggembalaan yang terdapat di Fakultas Peternakan Universitas Jambi yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan praktikum Pengolahan Padang Penggembalaan ini kurang memenuhi syarat hal ini dapat dilihat dari kondisi padang yang begitu sempit dan tidak banyak terdapat hijauan yang bisa dimakan oleh ternak.
            Padang Penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat menyenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Padang penggembalaan tersebut bisa terdiri dari rumput atau leguminosa, tetapi suatu padang rumput yang baik ekonomis adalah yang terdiri dari rumput dan leguminosa (Anonimous, 1995). Usaha  padang  penggembalaan adalah suatu bentuk usaha peternakan (ternak ruminansia) yang menggunakan padang penggembalaan, dengan landasan kapasitas tampung (carrying capacity) (Reksohadiprodjo, 1985).
            Dari pernyataan tersebut berarti padang penggembalaan yang terdapat di Fakultas Peternakan Universitas Jambi dapat dikatakan cukup ekonomis walaupun hanya terdapat jumlah rumput dan leguminosa yang sedikit.
            Daya dukung hijauan padang penggembalaan adalah kemampuan suatu wilayah menghasilkan pakan berupa hijauan dari padang penggembalaan tanpa melalui pengolahan, dan dapat menyediakan pakan untuk menampung sejumlah populasi ternak ruminansia. Dalam menghitung daya dukung limbah tanaman pangan digunakan asumsi kebutuhan pakan ternak ruminansia. Asumsi yang digunakan yaitu bahwa satu satuan ternak (1 ST) ternak ruminansia rata-rata membutuhkan hijauan adalah 2,15 ha/ekor untuk setiap tahunnya. Sebagaimana Anonimous (1990) menytakan bahwa fungsi padang penggembalaan adalah untuk menyediakan bahan makanan bagi hewan yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit, sedangkan ternak menyenggut sendiri makanannya di padang penggembalaan. Rumput yang ada didalamnya dapat memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini disebabkan pengaruh tanaman rumput pada tanah, rumput yang dimakan oleh ternak dikembalikan ke padang penggembalaan sebagai kotoran yang menyuburkan dan menstabilkan produktivitasnya dari tanah itu sendiri.
            Berdasarkan asumsi di atas maka dilakukan perhitungan daya dukung produksi hijauan padang penggembalaan yaitu jumlah produksi hijauan padang penggembalaan dibagi dengan kebutuhan satu satuan ternak selama setahun.
            Utomo (1983) menyatakan bahwa syarat padang penggembalaan yang baik adalah produksi hijauan tinggi dan kualitasnya baik, persistensi biasa ditanam dengan tanaman yang lain yang mudah dikembangbiakkan. Pastura yang baik nilai cernanya adalah pastura yang tinggi canopinya yaitu 25 – 30 cm setelah dipotong.
            Menurut Reksohadiprodjo (1985) menyatakan bahwa terdapat beberapa macam padang penggembalaan yaitu antara lain :
o    Padang Penggembalaan alam merupakan padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanent, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan
o    Padang Penggembalaan alam yang sudah ditingkatkan merupakan spesies – spesies hijauan makanan ternak dalam padangan belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi botaninya sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan(defoliasi)
o    Padang Penggembalaan buatan (temporer) dimana tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi padangan permanent atau diseling dengan tanaman pertanian
o    Padang Penggembalaan dengan Irigasi dimana padangan biasanya terdapat didaerah sepanjang sungai atau dekat sumber air. Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 – 4 hari.
            Dari beberapa macam padang penggembalaan diatas itu berarti padang penggembalaan yang digunakan untuk praktikum Pengolahan Padang Penggembalaan termasuk kedalam Padang Penggembalaan alam yaitu merupakan padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanent, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan. Padang penggembalaan jenis ini merupakan tempat dimana pelaksanaan praktikum pengukuran komposisi botani dan kapasitas tampung.
           Padang penggembalaan yang baik mempunyai komposisi botani 50 % rumput dan 50 % legume. Besarnya kadar air dan bahan kering yang harus dimiliki oleh suatu padangan adalah 70 – 80 % untuk kadar air dan bahan keringnya 20 – 30 % (Susetyo, 1981). Dari data diatas dapat diketahui bahwa pada padang penggembalaan di Fakultas Peternakan, setiap Flot rata – rata banyak terdapat rumput dan gulma, sedangkan legum hanya sedikit. Sedangkan untuk penghitungan bahan keringnya melebihi dari 20 – 30 %.
            Metode pengukuran kualitas hijauan untuk komposisi botani yaitu dengan menggunting atau disabit sebagian pasture kemudian dianalisis untuk mendapatkan berapa banyak bahan kering, lemak kasar ataupun nutrient – nutrient yang lainnya yang disajikan dalam penggembalaan. (Reksohadiprodjo, 1983).





V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa padang penggembalaan merupakan suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat dikonsumsi menurut kebutuhannya dalam waktu yang singkat. Padang penggembalaan bisa terdiri dari rumput dan leguminosa. Padang penggembalaan yang terdapat disekitar wilayah Universitas Tadulako yang digunakan sebagai tempat Praktikum merupakan jenis padang penggembalaan alam yang sudah ditingkatkan dan padang penggembalaan alami Padang penggembalaan dimana tempat melaksanakan praktikum termasuk padang penggembalaan yang cukup baik, hal ini dapat di lihat dari pengukuran komposisi botani, pengukuran kapasitas tampung  yang sudah memenuhi syarat.
5.2 Saran
            Setelah melakukan praktikum saran kami sebagai praktikan, Dari pelaksanaan praktikum ini kami menyarankan agar pelaksanaan praktikum dapat dilaksanakan diluar areal wilayah Universitas Tadulako agar mahasiswa dapat mengetahui perbedaan dan dapat membandingkan padang penggembalaan yang terdapat di Universitas Tadulako dengan padang penggembalaan yang terdapat di daerah lain.



DAFTAR PUSTAKA


Mc Llroy, R.J. 1976. Pengantar Budidaya Padang rumput Tropika. Pradnya Paramita, Jakarta.
Reksohadiprojo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BFFE, Yogyakarta.
Santosa, U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Subagyo I, Kusmartono 1988. Ilmu Kultur Padangan. Malang: Nuffic, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Susetyo, I. Kismono dan B. Suwardi. 1981. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta.
Tandi, Ismail. 2010. Analisis Ekonomi Pemeliharaan Ternak Sapi Bali dengan Sistem Penggembalaan di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa. Jurnal Agrisistem, Juni 2010, Vol. 6 No. 1ISSN 2089-0036.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar