LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TERNAK PERAH
”PROSES
MENGALIRNYA AIR SUSU PADA SAPI PERAH”
OLEH
:
GORISMAN
MATUALESI
L1A1 13 009
KELAS A
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2015
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sapi perah merupakan ternak penghasil susu yang sangat
dominan dibandingkan ternak perah lainnya. Sapi perah sangat efisien dalam
mengubah makanan ternak berupa konsentrat dan hijauan menjadi susu yang sangat
bermanfaat bagi kesehatan. Di negara-negara maju, sapi perah dipelihara dalam
populasi yang tertinggi, karena merupakan salah satu sumber kekuatan ekonomi
bangsa. Sapi perah menghasilkan susu dengan keseimbangan nutrisi sempurna yang
tidak dapat digantikan bahan makanan lain.
Dalam SK Dirjen Peternakan No. 17 Tahun 1983, dijelaskan
definisi susu adalah susu sapi yang meliputi susu segar, susu murni, susu
pasteurisasi, dan susu sterilisasi. Susu segar adalah susu murni yang tidak
mengalami proses pemanasan. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing
sapi sehat.
Susu murni diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, tanpa
mengurangi atau menambah sesuatu komponen atau bahan lain. Secara biologis,
susu merupakan sekresi fisiologis kelenjar ambing sebagai makanan dan proteksi
imunologis (immunological protection) bagi bayi mamalia. Sejarah manusia
mengonsumsi susu sapi telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum masehi, ketika
manusia mulai mendomestikasi ternak penghasil susu untuk dikonsumsi hasilnya.
Sapi perah merupakan unit produksi terkecil dari industri
persusuan, suatu industri yang berdiri karena permintaan konsumen dan
produknya. Untuk mengembangkan sistem manajemen peternakan sapi perah, perlu di
kembangkan pengetahuan dasar mengenai biologi laktasi. Pengertian biologi
laktasi sebetulnya adalah fisiologi laktasi, yaitu ilmu yang mempelajari fungsi
organ tubuh ternak perah yang terlibat
baik langsung maupun tidak langsung dalam proses laktasi.
Organ yang mempunyai peran utama dalam biologi laktasi
adalah ambing . Oleh karena itu ambing
perlu di pelajari secara mendalam baik anatominya, histologinya bahkan sampai
tingkat molekuler. Perkembangan ambing mulai dari saat d ilahirkan, saat puber,
bunting laktasi dan periode kering juga pelu di pelajari secara mendalam.
Proses sintesis susu yang terjadi di dalam sel sekresi
merupakan proses fisiologi yang mekanismenya merupakan reaksi biokimia yang di
pengaruhi oleh enzim, hormon dan lingkungan. Oleh karena itu aka di jelaskan
juga tentang sistem neuroendokrin pada sapi perah dengan maksud agar dapat
memahami peranan hormon dalam pertumbuhan ambing dan sekresi susu. Selain itu
dengan berkembangnya ilmu teknologi dna, maka dalam membahas sintesis susu di
bicarakan pula tentang peranan DNA dalam sintesis susu pada sapi perah.
B. Tujuan
Tujuan
yang ingin dicapai pada pratium ini adalah
1. Untuk
mengetahui proses mengalirnya air susu pada sapi perah.
2. Untuk
mengetahui jenis – jenis sapi perah.
3. Untuk
bisa dapat mengukur ambing dan putting sapi perah.
C. Manfaat
Manfaat
yang ingin dicapai pada pratium ini adalah
1. Dapat
mengetahui proses mengalirnya air susu pada sapi perah.
2. Dapat
mengetahui jenis – jenis sapi perah.
3.
Dapat bisa dapat mengukur ambing dan
putting sapi perah
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tipe Ternak sapi Perah
Dari
berbagai bangsa sapi perah yang terdapat di dunia pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: kelompok sapi perah sub-tropis dan kelompok
sapi perah tropis.
1.
Bangsa-Bangsa Sapi Perah Sub-Tropis
Termasuk
bangsa-bangsa sapi perah sub-tropis adalah Friesien Holstein, Yersey, Ayrshire,
dan Brown Swiss.
a. Sapi Friesian Holstein
Sapi
ini juga dikenal dengan nama Fries Holland atau sering disingkat FH. Di Amerika
bangsa sapi ini disebut Holstein, dan di negara-negara lain ada pula yang
menyebut Friesien. Tetapi di Indonesia sapi ini popular dengan sebutan FH. Sapi
FH menduduki populasi terbesar, bahkan hampir di seluruh dunia, baik di
negara-negara sub-tropis maupun tropis.Bangsa sapi ini mudah beradaptasi di
tempat baru. Di Indonesia populasi bangsa sapi FH ini juga yang terbesar
diantara bangsa-bangsa sapi perah yang lain.
b. Sapi Yersey
Bangsa
sapi ini bertubuh kecil, atau bahkan yang terkecil diantara bangsa-bangsa sapi
perah yang ada. Akan tetapi bentuk tubuhnya sebagai sapi penghasil susu adaah
sangat ideal.Sapi berasal dari pulau Yersey, Inggris Selatan.
·
Sifat-sifat sapi
-
Sapi sangat peka dan mudah gugup, kurang tenaga dan mudah terganggu oleh
perubahan-perubahan di sekitar. Apabila sapi diperlakukan dengan lembut akan
mudah ditangani. Sebaliknya, bila diperlakukan secara kasar akan mudah berontak
dan sulit untuk ditangani. Untuk menghadapi bangsa sapi semacam ini, peternak
harus selalu bersikap hati-hati dan sabar.
-
Produksi susu: 2500 liter per satu masa laktasi.
c. Sapi Guernsey
Bangsa sapi
Guernsey lebih kuat danbesar bila dibandingkan dengan sapi Yersey. Tetapi
bentuk tubuhnya mirip Yersey. Bangsa sapi ini berasal dari pulau Guenrsey,
Inggris Selatan, Berat badan sapi jantan mencapai 700 kg, betina 475 kg.
·
Sifat-sifat sapi
- Bangsa
sapi ini lebih tenang daripada Yersey walaupun tidak setenang FH.
- Cepat
menjadi dewasa, tetapi sedikit lebih lambat daripada Yersey.
- Produksisusu:
2750 liter per masa laktasi.
d. Sapi Ayrshire
Dibandingkan
bangsa sapi yersey dan Guernsey bangsa sapi Ayrshire lebih besar, namun lebih
kecil daripada FH. Bangsa sapi ini berasal dari Scotlandia Selatan
·
Sifat-sifat sapi
- Bangsa sapi ini agak
tenang dan mencapai kedewasaan seperti halnya sapi Guernsey.
- Rajin
merumput di padang rumput yang pertumbuhannya jelek.
- Produksi
susu: 3500 liter persatu masa laktasi.
e. Sapi Brown Swiss
Brown
Swiss termasuk bangsa sapi yang tulang-tulang dan kepalanya berukuran besar,
penghasil susu dan daging yang baik. Asal sapi dari Bangsa sapi ini dari Switzerland
2.
Bangsa-Bangsa Sapi Perah Tropis
Pada
mulanya bangsa-bangsa sapi dari daerah tropis dimanfaatkan tenaganya sebagai
ternak dan untuk keperluan upacara-upacara adat/agama, yang juga memerlukan air
susu sebagai sesaji. Sapi-sapi tadi diperah , zebu pun
sebagai sapi perah.
Jenis
zebu yang biasa digunakan sebagai sapi perah antara lain adalah:
a.
Sapi Red Sindhi
Asal
sapi adalah India, dari suatu daerah yang kering atau dan panas, suhu 500 –
1070F
b. Sapi Sahiwal
Sapi
ini berasal dari India, ukuran badannya lebih besar dari Red Shindi.
·
Tanda-tanda sapi
-
Potongan tubuh besar
-
Warna coklat kemerahan
-
Bulu halus, ambing besar bergantung
c. Sapi peranakan Fries Holland
(PFH)
Sapi
ini adalah hasil persilangan antara sapi asli Indonesia yakni antara sapai Jawa
atau Madura dengan sapi FH. Hasil persilangan tersebut kini popular dengan
sebutan sapi Grati. Sapi PFH ini banyak diternakkan di Jawa Timur
terutama di daerah Grati.
·
Tanda-tanda sapi
Menyerupai
FH, produksi relatif lebih rendah daripada FH, sdangkan badannya pun lebih
kecil
Dari
berbagai bangsa sapi perah yang terdapat di dunia pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: kelompok sapi perah sub-tropis dan kelompok
sapi perah tropis.
B. Anatomi dan Fisiologi Ternak
Perah
1.
Keadaan Umum Ambing Sapi Perah
Ambing sapi perah terdiri atas 4
kelenjar susu (mammary gland) yang terletak di daerah inguinal Susu dari tiap
kelenjar disalurkan ke luar melalui puting. Ambing menempel dengan perantara
sejumlah jaringan ikat, di samping berhubungan dengan bagian dalam tubuh sapi
melalui canalis inguinalis. Melalui canalis inguinalis ini masuk arteri dan
Vena, pembuluh getah bening dan syaraf dari dalam tubuh sapi masuk ke dalam
ambing, bentuk ambing seperti sebuah mangkuk, bagian yang membulat penuh
teletak di bagian belakang. Ambing sapi perah terletak di antara dua paha kaki
belakang.
Ambing di bagi menjadi belahan kiri dan belahan kanan di
pisahkan oleh ligamentum suspensory
medialis. Masing-masing kuartir mempunyai sistem duktus yang terpisah, jadi
ambing merupakan 4 kelenjar yang sekaligus menjadi empat kuartir. Berat ambing
tergantung umur, masa laktasi, banyaknya susu di dalam ambing, dan faktor genetik. Beratnya berkisar antara
11,35 – 27,00 kg atau lebih tidak termasuk susu. Kapasitas ambing adalah 30,5
kg. Berat dan kapasitasnya naik sesuai dengan bertambahnya umur. Setelah sapi
mencapai umur 6 tahun berat dan kapasitas ambing tidak naik lagi. Terbesar
kapasitasnya pada laktasi yang kedua dan ketiga.
Bentuk ambing dan ukuran nya tidak
sama antara satu sapi dengan sapi yang
lain walaupun dalam satu bangsa, sebab bentuk dan ukuran ambing di pengaruhi
oleh kemampuan produksi susu, umur, faktor genetis. Suatu hal yang penting pada
ambing sapi perah ialah harus mengandung banyak jaringan sekresi yang
menghasilkan susu, selain besarnya ambing juga harus cukup memadaii untuk
menampung susu yang di hasilkan dalam proses sehari yang terjadi antara waktu
proses pemerahan. kadang-kadang susu sebanyak 50 lbs dalam waktu 12 jam, di tambah
dengan vivit jaringan yang ada di dalamnya, total 100 lbs.
2.
Organ Penopang Ambing
Pada ambing sapi perah terdapat tujuh macam jaringan yang
menopang yaitu sebagai berikut.
1. Kulit, yaitu jaringan yang paling
luar sebagai pembungkus seluruh ambing yang berfungsi melindungi ambing, dan
merupakan jaringan pertama yang menopang ambing.
2. Fascia Superficialis, terletak di bawah
kulit, sebagai jaringan kedua yang menopang ambing.
3. Cordlike Tissue, yang menyerupai
tali, membentuk ikatan longgar antara permukaan-permukaan dorsal dari kuartir depan, dengan dinding perut. Jika
jaringan ini lemah akan mengakibatkan ambing dapat menggantung seolah-olah
lepas dari dinding perut.
4. Ligamentum Suspensorium superfisialis,
menggantung pada perut, merupakan pasangan dari lapisan superfisialis, yang
sebagian terdiri dari jaringan elastis. Meluas kearah bawah depan meliputi
ambing dan membelah ke arah permukaan dari paha. Lapisan ini sangat dekat
dengan garis median pada ambing belakang, kemudian menyebar kearah bagian
anterior dari ambing. Ligamentum ini merupakan salah satu jaringan penunjang
utama ambing.
Apabila ambing sapi
yang sedang laktasi diiris melintang maka kita akan melihat bulatan-bulatan
kecil yang berwarna merah jambu yang dikelilingi lingkaran putih. Bulatan kecil
itu adalah jaringan sekretorik, sedangkan lingkaran yang mengelilinginya adalah
jaringan ikat. Sel sekretorik inilah yang menyusun alveoli. Sejumlah alveoli
bergabung jadi satu dengan peraturan diktus-duktus dan di bungkus oleh haringan
ikat, membentuk suatu bangunan yang di sebut lobulus atau lobuli. sekelompok
lobuli dibungkus oleh haringan ikat
sehingga terbentuk lobus atau lobi (terdiri dari banyak lobus).
Pita-pita berwarna putih dari jaringan ikat terdapat di
seluruh bagian dari ambing dan merupakan jaringan penunjang bagi jaringan
sekretorik.
Kuartir depan dan belakang dipisahkan oleh suatu jaringan
ikat tipis berwarna putih, jaringan ini merupakan kapsul jaringan ikat yang
memisahkan lobi antara kuartir-kuartir tersebut.
Suatu ambing yang keras di namakan hard udder, Jika ambing
tersebut lebih banyak mengandung jaringan ikat di bandingkan jaringan
sekretorik keadaan tersebut merupakan sifat yang di turunkan atau di sebabkan
oleh penyakit mastitis. sehingga sel-sel sekresi diganti dengan jaringan ikat.
3. Puting
Puting susu berbentuk silindris atau kerucut yang berujung
tumpul. Puting susu belakang biasanya
lebih pendek dibandingkan puting susu depan. Bila menggunakan mesin perah
putting susu yang pendek lebih menguntungkan dibanding dengan yang panjang,
karena milk-flow rate-nya lebih
cepat, dengan perkataan lain sapi dengan puting panjang diperah lebih lama dari
pada puting pendek. Sifat terpenting puting untuk pemerahan efisien adalah (1)
ukuran sedang, (2) penempatan baik, dan (3) cukup tegangan pada otot spinkter
sekitar lubang puting agar memudahkan pemerahan dan susu tidak menetes.
Pada umumnya puting pada sapi perah tidak di tumbuhi bulu,
dan tidak terdapat kelenjar keringat pada puting. Panjang puting pada sapi
perah yang sedang laktasi kurang lebih 6-9cm. Pada ujung puting terdapat lubang
puting atau streak canal, atau dinamakn juga teat meatus, dan melewati lubang
puting kurang lebih 8-12 ml, dan terdapat sel yang membentuk lipatan pada
lubang puting yang bergandengan satu sama lain sehingga dapat menahan keluarnya
susu sebelum di perah. Sel-sel ini mensekresikan cairan semacam lipida yang
bersifat bakteriostastik, ini penting untuk mencegah infeksi mikroorganisme
yang dapat menimbulkan penyakit mastitis.
Di sekeliling lubang puting terdapat urat daging sirkuler
atau melingkar yang memungkinkan lubang puting ini sebagai klep (sphinter)
terhadap keluarnya susu. Kekuatan dari urat daging sirkuler yang terdapat pada
lubang puting mempengaruhi kecepatan, mudah tidaknya suatu kuartir ambing saat
di perah.
C.
Proses Mengalirnya Air Susu
Proses
mengalirnya susu sapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
1.
Faktor Makanan
Makanan merupakan faktor penting ketika berurusan dengan kualitas dan kuantitas susu sapi perah. Untuk idealnya pemberian makan sapi yang baik adalah dengan memberi makan dengan takaran 10% dari berat.tubuh.
Untuk jenis makanan, rumput gajah merupakan pilihan yang cukup baik untuk bisa menjadikan susu berkualitas bagus. Namun jika ingin lebih bertambah bagus, Anda bisa memberi makan dengan rumput kaliandra.
Sebelum di makan oleh sapi, sebaiknya pemberian makan berupa rumput gajah dicacah terlebih dahulu, baik secara manual atau menggunakan mesin pemotong rumput gajah yang sering disebut dengan chopper. Pencacahan pakan ini berfungsi.untuk.mempermudah.sapi.dalam.mencerna.makanan.
Sebisa mungkin jangan terlalu sering memberi makan sapi berupa katul, karena bukan kualitas susu yang akan di dapat. Pemberian makan berupa katul hanya akan menambah kuantitas dan akan mengurangi kualitas susu yang dihasilkan.
Pemberian makan sapi juga sebaiknya tidak dilakukan pada saat sapi diperah, karena air susu sapi dapat menyerap aroma dari pakan ternak tersebut.
2. Faktor Proses Memerah Susu
Idealnya, dalam kurun waktu sehari, sapi bisa diperah dua sampai tiga kali dengan hasil kurang lebih 15 liter dalam setiap satu kali pemerahan. Dan jika sapi tidak diperah dalam kurun waktu lebih dari sehari, puting susu sapi bisa mengalamiperadangan.(mastitis).
Sebelum diperah, usahakan untuk selalu membersihkan paha dan puting sapi dengan kain yang dibasahi dengan air panas untuk menjaga susu tidak terkontaminasi.
Untuk tenaga kerja kerja manual (tangan manusia), seseorang bisa memerah sapi hingga 7 ekor sapi. Memang berbeda jauh jika menggunakan mesin pemerah, karena mesin tersebut mampu memerah hingga ratusan sapi bahkan lebih dalam sekali..proses..
3..Faktor.Kondisi.Sapi
Kualitas susu juga sanagt ditentukan oleh kondisi sapi. Yang sering terjadi ketika sapi akan melahirkan, berat jenis susu akan mengalami penurunan. Di samping itu sapi yang tidak sehat juga dapat memperngaruhi kualitas susu dan bahkan penyakit pada sapi berupa TBC bisa menular ke manusia melalui susu yang dihasilkan.
Selain TBC, sapi juga bisa terkena penyakit Anthrax dan Brucellosis. Ciri-ciri sapi yang terkena Anthrax ditandai dengan keluarnya darah melalui hidung. Sedangkan penyakit brucellosis bisa menyebabkan sapi mengalami keguguran.
4..Faktor.Perawatan
Dari segi perawatan, yang perlu diperhatikan adalah sapi dan tempatnya (kandang). Untuk proses perawatan berupa pembersihan sapi dan kandang sebaiknya dilakukan sebelum sapi akan diperah. Tujuannya untuk meminimalisir bakteri yang dapat mempengaruhi kualitas susu.
Makanan merupakan faktor penting ketika berurusan dengan kualitas dan kuantitas susu sapi perah. Untuk idealnya pemberian makan sapi yang baik adalah dengan memberi makan dengan takaran 10% dari berat.tubuh.
Untuk jenis makanan, rumput gajah merupakan pilihan yang cukup baik untuk bisa menjadikan susu berkualitas bagus. Namun jika ingin lebih bertambah bagus, Anda bisa memberi makan dengan rumput kaliandra.
Sebelum di makan oleh sapi, sebaiknya pemberian makan berupa rumput gajah dicacah terlebih dahulu, baik secara manual atau menggunakan mesin pemotong rumput gajah yang sering disebut dengan chopper. Pencacahan pakan ini berfungsi.untuk.mempermudah.sapi.dalam.mencerna.makanan.
Sebisa mungkin jangan terlalu sering memberi makan sapi berupa katul, karena bukan kualitas susu yang akan di dapat. Pemberian makan berupa katul hanya akan menambah kuantitas dan akan mengurangi kualitas susu yang dihasilkan.
Pemberian makan sapi juga sebaiknya tidak dilakukan pada saat sapi diperah, karena air susu sapi dapat menyerap aroma dari pakan ternak tersebut.
2. Faktor Proses Memerah Susu
Idealnya, dalam kurun waktu sehari, sapi bisa diperah dua sampai tiga kali dengan hasil kurang lebih 15 liter dalam setiap satu kali pemerahan. Dan jika sapi tidak diperah dalam kurun waktu lebih dari sehari, puting susu sapi bisa mengalamiperadangan.(mastitis).
Sebelum diperah, usahakan untuk selalu membersihkan paha dan puting sapi dengan kain yang dibasahi dengan air panas untuk menjaga susu tidak terkontaminasi.
Untuk tenaga kerja kerja manual (tangan manusia), seseorang bisa memerah sapi hingga 7 ekor sapi. Memang berbeda jauh jika menggunakan mesin pemerah, karena mesin tersebut mampu memerah hingga ratusan sapi bahkan lebih dalam sekali..proses..
3..Faktor.Kondisi.Sapi
Kualitas susu juga sanagt ditentukan oleh kondisi sapi. Yang sering terjadi ketika sapi akan melahirkan, berat jenis susu akan mengalami penurunan. Di samping itu sapi yang tidak sehat juga dapat memperngaruhi kualitas susu dan bahkan penyakit pada sapi berupa TBC bisa menular ke manusia melalui susu yang dihasilkan.
Selain TBC, sapi juga bisa terkena penyakit Anthrax dan Brucellosis. Ciri-ciri sapi yang terkena Anthrax ditandai dengan keluarnya darah melalui hidung. Sedangkan penyakit brucellosis bisa menyebabkan sapi mengalami keguguran.
4..Faktor.Perawatan
Dari segi perawatan, yang perlu diperhatikan adalah sapi dan tempatnya (kandang). Untuk proses perawatan berupa pembersihan sapi dan kandang sebaiknya dilakukan sebelum sapi akan diperah. Tujuannya untuk meminimalisir bakteri yang dapat mempengaruhi kualitas susu.
III.
METODEOLOGI PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum
proses mengalirnya air susu pada sapi perah dilakukan pada hari sabtu 10
Januari 2015 jam 09.00 sampai selesai, Praktikum ini dilaksanakan di
Labolatorium Lapang Ruminansia Kandang atas Fakultas Peternakan, Universitas
Halu Oleo Kendari.
B. Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan pada praktikum proses mengalirnya air susu pada sapi perah adalah
sebagai berikut :
No.
|
Nama
Alat
|
Kegunaan
|
1.
|
Alat Tulis
|
Untuk mencatat
hasil amatan
|
2.
|
Cutter/ pisau
|
Untuk memotong
bahan
|
3.
|
Jangka Sorong
|
Untuk Mengukur
bahan
|
4.
|
Tali
|
Untuk mengukur bahan
|
5
|
Daun Pisang
|
Untuk tempat
menyimpan bahan
|
4.
|
Sapu tangan
|
Untuk
pelindung tangan
|
Bahan yang
digunakan pada praktikum proses mengalirnya air susu pada sapi perah adalah
sebagai berikut :
No.
|
Nama
Bahan
|
Kegunaan
|
1.
|
Kambing Jantan
|
Untuk Bahan
amatan
|
2.
|
Ambing sapi
|
Untuk Bahan
Amatan
|
C.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum proses
mengalirnya air susu pada sapi perah ini yaitu :
1.
Mendengarkan Penjelasan dari dosen tentang sapi perah atau kambing
perah.
4.
Menyiapkan alat dan bahan
yaitu alat tulis, jangka sorong,
pisau, tali, sapu tangan, daun pisang, kambing dan ambing.
5.
Mengukur bagian – bagian ambing dari kambing
dan sapi.
4. .
Mencatat hasil pengamatan.
5. Membuat
Laporan.
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pratikum
Hasil
pengamatan praktikum proses mengalirnya air susu pada sapi perah dapat dilihat
pada Tabel 1 dan 2.
Tabel
1 dan 2. Hasil praktikum pengamatan proses mengalirnya air susu pada sapi perah
v
Sapi 1
No.
|
Bagian-bagian ambing
|
Hasil Pengukuran
|
1.
|
Panjang
puting depan
|
3
cm
|
2.
|
Panjang
puting belakang
|
3,5
cm
|
3.
|
Diameter
puting depan
|
6,0
cm
|
4.
|
Diameter
putting belakang
|
6,5
cm
|
v
Sapi 2
No.
|
Bagian-bagian ambing
|
Hasil Pengukuran
|
1.
|
Lingkar
puting depan
|
5
cm
|
2.
|
Panjang
puting depan
|
3
cm
|
3.
|
Lingkar
putting belakang
|
5
cm
|
4.
|
Panjang
puting belakang
|
4
cm
|
B.
Pembahasan
Gambar 1. Ambing sapi perah 1 Gambar
2. Ambing sapi perah 2
Ambing merupakan
kelenjar kulit yang ditumbuhi bulu, kecuali pada puting, empat saluran susu
yang terpisah bersama menuju ambing (Blakely dan Bade, 1998). Ambing terdiri atas dua bagian yaitu bagian
sebelah kanan dan bagian sebelah kiriyang dipisahkan oleh selaput pemisah yang
tebal dan terletak memanjang badan sapi dan membantu melekatkannya ambing pada
tempatnya (Syarief dan Sumoprastowo,.(1990).
Berat dan kapasitasnya naik sesuai dengan bertambahnya umur, setelah sapi mencapai umur 6 tahun, berat dan kapasitas ambing tidak akan naik lagi (Blakely dan Bade, 1998). Bagian ambing dibagi atas kuartir depan dan kuartir belakang yang dibatasi oleh jaringan pengikat yang tipis dan tiap perempatan ambing itu mempunyai saluran tempat keluarnya air susu yang disebut saluran puting (Syarief dan Sumoprastowo,.(1990).
Bagian ambing terbagi atas kuartir depan dan belakang yang dibatasi oleh jaringan pengikat dan mempunyai saluran keluarnya air susu yang disebut puting, rongga puting melebar ke arah rongga ambing (udder sistern) (Syarief dan Sumoprastowo, 1990). Berat ambing tergantung umur, masa laktasi, banyaknya air susu di dalam ambing dan faktor genetis. Kapasitas terbesar pada laktasi yang ke dua dan tiga (Blakely dan Bade, 1998).
Berat dan kapasitasnya naik sesuai dengan bertambahnya umur, setelah sapi mencapai umur 6 tahun, berat dan kapasitas ambing tidak akan naik lagi (Blakely dan Bade, 1998). Bagian ambing dibagi atas kuartir depan dan kuartir belakang yang dibatasi oleh jaringan pengikat yang tipis dan tiap perempatan ambing itu mempunyai saluran tempat keluarnya air susu yang disebut saluran puting (Syarief dan Sumoprastowo,.(1990).
Bagian ambing terbagi atas kuartir depan dan belakang yang dibatasi oleh jaringan pengikat dan mempunyai saluran keluarnya air susu yang disebut puting, rongga puting melebar ke arah rongga ambing (udder sistern) (Syarief dan Sumoprastowo, 1990). Berat ambing tergantung umur, masa laktasi, banyaknya air susu di dalam ambing dan faktor genetis. Kapasitas terbesar pada laktasi yang ke dua dan tiga (Blakely dan Bade, 1998).
Dua
kuartir depan biasanya berukuran 20% lebih kecil dari kuartir ambing bagian
belakang dan antara kuartir itu bebas satu dengan yang lainnya. Lebih lanjut
dikatakan bahwa sapi perah adalah suatu jenis sapi yang dipelihara dengan
tujuan untuk menghasilkan susu, contohnya adalah Ayshire, Guernsey dan Friesian
Holstein (Blakely dan Bade, 1998). Sapi betina dapat berproduksi dengan baik
pada umur dua tahun dan bobot badannya sekitar 225-300 kg tergantung dari jenis
dan bangsa sapinya. Idealnya lama laktasi normal adalah 305 hari dengan 60 hari
masa kering tergantung dengan proses kebuntingan dan masa perkawinannya kembali
(Williamson.dan.Payne,.(1993).
Ambing pada sapi dara secara anatomi sama dengan ambing pada sapi laktasi terutama pada kenampakan secara eksterior. Perbedaannya terletak pada ukuran ambing dan anatomi bagian dalamnya, yaitu belum sempurnanya kerja dari sel-sel penghasil susu. Ambing pada sapi dara terdiri dari banyak lemak dengan jaringan lobula alveoler yang sedikit dan pada sapi laktasi sebaliknya, dimana saluran-saluran tumbuh keluar dari saluran interlabuler. Pengganti tenunan lemak kemudian membentuk lobula alveoler (Blakely dan Bade, 1998).
Ambing pada sapi dara secara anatomi sama dengan ambing pada sapi laktasi terutama pada kenampakan secara eksterior. Perbedaannya terletak pada ukuran ambing dan anatomi bagian dalamnya, yaitu belum sempurnanya kerja dari sel-sel penghasil susu. Ambing pada sapi dara terdiri dari banyak lemak dengan jaringan lobula alveoler yang sedikit dan pada sapi laktasi sebaliknya, dimana saluran-saluran tumbuh keluar dari saluran interlabuler. Pengganti tenunan lemak kemudian membentuk lobula alveoler (Blakely dan Bade, 1998).
Sapi
betina yang telah mencapai dewasa kelamin, maka esterogen merangsang
perkembangan sistem duktus yang besar. Siklus estrus yang berulang, menyebabkan
perkembangan jaringan kelenjar susu lebih cepat. Bila sapi dara telah mengalami
beberapa kali siklus estrus, maka folikel berkembang menjadi corpus luteum dan
memproduksi hormon progesteron, yang menyebabkan perkembangan sistem labula
alveoler. Kelenjar mammae atau ambing pada sapi terdiri dari empat bagian. Tiap
bagian apabila dilihat dari segi jaringan kelenjarnya merupakan suatu kesatuan
yang terpisah.dan.tidak.dapat.diuraikan.lagi.(Frandson,1996).
Masing-masing bagian dari ambing tersebut merupakan kesatuan sendiri-sendiri. Pemisahan ambing menjadi dua bagian ke arah ventral yang ditandai dengan adanya kerutan longitudinal pada lekukan intermammae. Parenkim dari kelenjar mamae dalam beberapa hal mirip dengan jaringan paru-paru, atau dengan kata lain mirip dengan setandan anggur, dengan alveoli sebagai buah anggurnya, dengan berbagai tingkat duktus digambarkan sebagai batangnya. Alveoli merupakan struktur utama untuk produksi susu (Frandson, 1996).
Masing-masing bagian dari ambing tersebut merupakan kesatuan sendiri-sendiri. Pemisahan ambing menjadi dua bagian ke arah ventral yang ditandai dengan adanya kerutan longitudinal pada lekukan intermammae. Parenkim dari kelenjar mamae dalam beberapa hal mirip dengan jaringan paru-paru, atau dengan kata lain mirip dengan setandan anggur, dengan alveoli sebagai buah anggurnya, dengan berbagai tingkat duktus digambarkan sebagai batangnya. Alveoli merupakan struktur utama untuk produksi susu (Frandson, 1996).
Perbandingan
kelenjar susu atau organ yang berperan dalam laktasi susu dengan kelenjar lemak
pada usia kebuntingan ketiga bulan pertama belum terlihat jelas bila
dibandingkan pada usia kebuntingan keempat dimana saluran-saluran dan inter
lobuler tumbuh keluar dan mengganti tenunan lemak kemudian membentuk lobulus
alveoler yang diikuti oleh penebalan jaringan ikat (Blakely dan Bade, 1998).
V.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat di ambil dari praktium ini adalah
1.
Susu diproduksi
oleh glandula mammae dari kumpulan sel-sel epithelial sekretori yang spesifik.
Sel-sel ini membentuk struktur yang disebut alveoli. Sel-sel alveoli
dikelilingi oleh sel-sel kontraktil yang disebutt sel-sel myoepithelial.
Sel-sel berkontraksi sebagai respon dari hormone yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitary yaitu oxytocin. Kelenjar mammae adalah kelenjar eksokrin dimana
sekresi eksternal dari alveoli dialirkan melalui system pembuluh ke puting yang
dapat dihisap oleh anaknya.
2. Jenis
– jenis sapi perah yaitu Sapi
Red Sindhi, Sapi Yersey, Sapi Guernsey,
Sapi Ayrshire, Sapi Brown Swiss, api Red Sindhi, Sapi Sahiwal, dan Sapi peranakan Fries Holland (PFH).
3. Hasil
pengukuran ambing sapi perah yaitu Panjang puting depan 3
cm, Panjang puting belakang 3.5 cm, Diameter puting depan 6,0 cm, Diameter
putting belakang 6,5 cm
C.
Saran
Saran
yang dapat saya ambil dalam pratikum ini yaitu sebaiknya praktikum ini di umumkan jauh – jauh hari
sebelum mahasiswa peternakan angkatan 2013 belum pulang kampung, karena pada
saat melaksanakan praktikum banyak mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum
karena mereka berada dikampung halaman yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
proses administrasi ( pengurusan nilai ) di fakultas Peternakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Astuti,
T.Y, Marjono, S. dan Haryati S., 2001. Buku
Ajar Dasar Ternak Perah. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Hal.
64-84
Bath, D.
L., F. N. Dickinson, H. A. Tucker, and R. D. Appleman. 1985. Dairy Cattle : Principles, Practices,
Problems, Profits. 3rd Edition. Lea & Febiger, Philadelphia.
291-305.
Foley,
R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson, H. A. Tucker, and R. D. Appleman. 1973. Dairy Cattle : Principles, Practices,
Problems, Profits. Reprinted. Lea & Febiger, Philadelphia. 390-406.
Hadiwiyoto,
S. 1983. Tehnik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty, Yogyakarta
Legowo,
A.M., Kusrahayu., dan Mulyani.S. 2009. Ilmu dan Teknologi Susu. BP UNDIP.
Semarang
SNI
(Standar Nasional Indonesia). 1992. SNI 01-3141-1992 tentang Syarat Mutu Susu
Segar. Dewan Standarisasi Nasional-DSN, Jakarta.
Wikantadi, B. 1978. Biologi
Laktasi. Bagian Ternak Perah, Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar