Rabu, 26 April 2017

Laporan Ternak perah proses mengalirnya air susu pada sapi perrah

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TERNAK PERAH

PROSES MENGALIRNYA AIR SUSU PADA SAPI PERAH



OLEH :

GORISMAN MATUALESI
L1A1 13 009

KELAS  A



JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2015


I.              PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Sapi perah merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibandingkan ternak perah lainnya. Sapi perah sangat efisien dalam mengubah makanan ternak berupa konsentrat dan hijauan menjadi susu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Di negara-negara maju, sapi perah dipelihara dalam populasi yang tertinggi, karena merupakan salah satu sumber kekuatan ekonomi bangsa. Sapi perah menghasilkan susu dengan keseimbangan nutrisi sempurna yang tidak dapat digantikan bahan makanan lain.
Dalam SK Dirjen Peternakan No. 17 Tahun 1983, dijelaskan definisi susu adalah susu sapi yang meliputi susu segar, susu murni, susu pasteurisasi, dan susu sterilisasi. Susu segar adalah susu murni yang tidak mengalami proses pemanasan. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat.
Susu murni diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, tanpa mengurangi atau menambah sesuatu komponen atau bahan lain. Secara biologis, susu merupakan sekresi fisiologis kelenjar ambing sebagai makanan dan proteksi imunologis (immunological protection) bagi bayi mamalia. Sejarah manusia mengonsumsi susu sapi telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum masehi, ketika manusia mulai mendomestikasi ternak penghasil susu untuk dikonsumsi hasilnya.
Sapi perah merupakan unit produksi terkecil dari industri persusuan, suatu industri yang berdiri karena permintaan konsumen dan produknya. Untuk mengembangkan sistem manajemen peternakan sapi perah, perlu di kembangkan pengetahuan dasar mengenai biologi laktasi. Pengertian biologi laktasi sebetulnya adalah fisiologi laktasi, yaitu ilmu yang mempelajari fungsi organ tubuh ternak perah  yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam proses laktasi. 
Organ yang mempunyai peran utama dalam biologi laktasi adalah ambing .  Oleh karena itu ambing perlu di pelajari secara mendalam baik anatominya, histologinya bahkan sampai tingkat molekuler. Perkembangan ambing mulai dari saat d ilahirkan, saat puber, bunting laktasi dan periode kering juga pelu di pelajari secara mendalam. 
Proses sintesis susu yang terjadi di dalam sel sekresi merupakan proses fisiologi yang mekanismenya merupakan reaksi biokimia yang di pengaruhi oleh enzim, hormon dan lingkungan. Oleh karena itu aka di jelaskan juga tentang sistem neuroendokrin pada sapi perah dengan maksud agar dapat memahami peranan hormon dalam pertumbuhan ambing dan sekresi susu. Selain itu dengan berkembangnya ilmu teknologi dna, maka dalam membahas sintesis susu di bicarakan pula tentang peranan DNA dalam sintesis susu pada sapi perah.

B. Tujuan
            Tujuan yang ingin dicapai pada pratium ini adalah
1.      Untuk mengetahui proses mengalirnya air susu pada sapi perah.
2.      Untuk mengetahui jenis – jenis sapi perah.
3.      Untuk bisa dapat mengukur ambing dan putting sapi perah.

C. Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai pada pratium ini adalah
1.      Dapat mengetahui proses mengalirnya air susu pada sapi perah.
2.      Dapat mengetahui jenis – jenis sapi perah.
3.       Dapat bisa dapat mengukur ambing dan putting sapi perah

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tipe Ternak sapi Perah
            Dari berbagai bangsa sapi perah yang terdapat di dunia pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: kelompok sapi perah sub-tropis dan kelompok sapi perah tropis.

            1. Bangsa-Bangsa Sapi Perah Sub-Tropis

            Termasuk bangsa-bangsa sapi perah sub-tropis adalah Friesien Holstein, Yersey, Ayrshire, dan Brown Swiss.

a. Sapi Friesian Holstein
            Sapi ini juga dikenal dengan nama Fries Holland atau sering disingkat FH. Di Amerika bangsa sapi ini disebut Holstein, dan di negara-negara lain ada pula yang menyebut Friesien. Tetapi di Indonesia sapi ini popular dengan sebutan FH. Sapi FH menduduki populasi terbesar, bahkan hampir di seluruh dunia, baik di negara-negara sub-tropis maupun tropis.Bangsa sapi ini mudah beradaptasi di tempat baru. Di Indonesia populasi bangsa sapi FH ini juga yang terbesar diantara bangsa-bangsa sapi perah yang lain.

b. Sapi Yersey
            Bangsa sapi ini bertubuh kecil, atau bahkan yang terkecil diantara bangsa-bangsa sapi perah yang ada. Akan tetapi bentuk tubuhnya sebagai sapi penghasil susu adaah sangat ideal.Sapi berasal dari pulau Yersey, Inggris Selatan.
·         Sifat-sifat sapi
-  Sapi sangat peka dan mudah gugup, kurang tenaga dan mudah terganggu oleh perubahan-perubahan di sekitar. Apabila sapi diperlakukan dengan lembut akan mudah ditangani. Sebaliknya, bila diperlakukan secara kasar akan mudah berontak dan sulit untuk ditangani. Untuk menghadapi bangsa sapi semacam ini, peternak harus selalu bersikap hati-hati dan sabar.
-   Produksi susu: 2500 liter per satu masa laktasi.

c. Sapi Guernsey
      Bangsa sapi Guernsey lebih kuat danbesar bila dibandingkan dengan sapi Yersey. Tetapi bentuk tubuhnya mirip Yersey. Bangsa sapi ini berasal dari pulau Guenrsey, Inggris Selatan, Berat badan sapi jantan mencapai 700 kg, betina 475 kg.
·         Sifat-sifat sapi
-  Bangsa sapi ini lebih tenang daripada Yersey walaupun tidak setenang FH.
-  Cepat menjadi dewasa, tetapi sedikit lebih lambat daripada Yersey.
-  Produksisusu: 2750 liter per masa laktasi.
        
d. Sapi Ayrshire
            Dibandingkan bangsa sapi yersey dan Guernsey bangsa sapi Ayrshire lebih besar, namun lebih kecil daripada FH. Bangsa sapi ini berasal dari Scotlandia Selatan
·         Sifat-sifat sapi
-  Bangsa sapi ini agak tenang dan mencapai kedewasaan seperti halnya sapi Guernsey.
-  Rajin merumput di padang rumput yang pertumbuhannya jelek.
-  Produksi susu: 3500 liter persatu masa laktasi.

e. Sapi Brown Swiss
            Brown Swiss termasuk bangsa sapi yang tulang-tulang dan kepalanya berukuran besar, penghasil susu dan daging yang baik. Asal sapi dari Bangsa sapi ini  dari Switzerland

            2. Bangsa-Bangsa Sapi Perah Tropis

            Pada mulanya bangsa-bangsa sapi dari daerah tropis dimanfaatkan tenaganya sebagai ternak dan untuk keperluan upacara-upacara adat/agama, yang juga memerlukan air susu sebagai sesaji. Sapi-sapi tadi diperah , zebu pun
sebagai sapi perah.
            Jenis zebu yang biasa digunakan sebagai sapi perah antara lain adalah:        
a. Sapi Red Sindhi
            Asal sapi adalah India, dari suatu daerah yang kering atau dan panas, suhu 500 – 1070F
b. Sapi Sahiwal
            Sapi ini berasal dari India, ukuran badannya lebih besar dari Red Shindi.
·         Tanda-tanda sapi
-    Potongan tubuh besar
-    Warna coklat kemerahan
-    Bulu halus, ambing besar bergantung

c. Sapi peranakan Fries Holland (PFH)
            Sapi ini adalah hasil persilangan antara sapi asli Indonesia yakni antara sapai Jawa atau Madura dengan sapi FH. Hasil persilangan tersebut kini popular dengan sebutan sapi Grati. Sapi PFH ini banyak diternakkan di Jawa Timur
terutama di daerah Grati.
·         Tanda-tanda sapi
            Menyerupai FH, produksi relatif lebih rendah daripada FH, sdangkan badannya pun lebih kecil
            Dari berbagai bangsa sapi perah yang terdapat di dunia pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: kelompok sapi perah sub-tropis dan kelompok sapi perah tropis.
B. Anatomi dan Fisiologi Ternak Perah
                   1.      Keadaan Umum Ambing Sapi Perah
Ambing sapi perah terdiri atas 4 kelenjar susu (mammary gland) yang terletak di daerah inguinal Susu dari tiap kelenjar disalurkan ke luar melalui puting. Ambing menempel dengan perantara sejumlah jaringan ikat, di samping berhubungan dengan bagian dalam tubuh sapi melalui canalis inguinalis. Melalui canalis inguinalis ini masuk arteri dan Vena, pembuluh getah bening dan syaraf dari dalam tubuh sapi masuk ke dalam ambing, bentuk ambing seperti sebuah mangkuk, bagian yang membulat penuh teletak di bagian belakang. Ambing sapi perah terletak di antara dua paha kaki belakang.
Ambing di bagi menjadi belahan kiri dan belahan kanan di pisahkan oleh ligamentum  suspensory medialis. Masing-masing kuartir mempunyai sistem duktus yang terpisah, jadi ambing merupakan 4 kelenjar yang sekaligus menjadi empat kuartir. Berat ambing tergantung umur, masa laktasi, banyaknya susu di dalam ambing,  dan faktor genetik. Beratnya berkisar antara 11,35 – 27,00 kg atau lebih tidak termasuk susu. Kapasitas ambing adalah 30,5 kg. Berat dan kapasitasnya naik sesuai dengan bertambahnya umur. Setelah sapi mencapai umur 6 tahun berat dan kapasitas ambing tidak naik lagi. Terbesar kapasitasnya pada laktasi yang kedua dan ketiga.
Bentuk ambing dan ukuran nya tidak sama  antara satu sapi dengan sapi yang lain walaupun dalam satu bangsa, sebab bentuk dan ukuran ambing di pengaruhi oleh kemampuan produksi susu, umur, faktor genetis. Suatu hal yang penting pada ambing sapi perah ialah harus mengandung banyak jaringan sekresi yang menghasilkan susu, selain besarnya ambing juga harus cukup memadaii untuk menampung susu yang di hasilkan dalam proses sehari yang terjadi antara waktu proses pemerahan. kadang-kadang susu sebanyak 50 lbs dalam waktu 12 jam, di tambah dengan vivit jaringan yang ada di dalamnya, total 100 lbs.

2. Organ Penopang Ambing
Pada ambing sapi perah terdapat tujuh macam jaringan yang menopang yaitu sebagai berikut.

1.    Kulit, yaitu jaringan yang paling luar sebagai pembungkus seluruh ambing yang berfungsi melindungi ambing, dan merupakan jaringan pertama yang menopang ambing.
2.   Fascia Superficialis, terletak di bawah kulit, sebagai jaringan kedua yang menopang ambing.
3.    Cordlike Tissue, yang menyerupai tali, membentuk ikatan longgar antara permukaan-permukaan dorsal dari  kuartir depan, dengan dinding perut. Jika jaringan ini lemah akan mengakibatkan ambing dapat menggantung seolah-olah lepas dari dinding perut.
4.   Ligamentum Suspensorium superfisialis, menggantung pada perut, merupakan pasangan dari lapisan superfisialis, yang sebagian terdiri dari jaringan elastis. Meluas kearah bawah depan meliputi ambing dan membelah ke arah permukaan dari paha. Lapisan ini sangat dekat dengan garis median pada ambing belakang, kemudian menyebar kearah bagian anterior dari ambing. Ligamentum ini merupakan salah satu jaringan penunjang utama ambing.
   Apabila ambing sapi yang sedang laktasi diiris melintang maka kita akan melihat bulatan-bulatan kecil yang berwarna merah jambu yang dikelilingi lingkaran putih. Bulatan kecil itu adalah jaringan sekretorik, sedangkan lingkaran yang mengelilinginya adalah jaringan ikat. Sel sekretorik inilah yang menyusun alveoli. Sejumlah alveoli bergabung jadi satu dengan peraturan diktus-duktus dan di bungkus oleh haringan ikat, membentuk suatu bangunan yang di sebut lobulus atau lobuli. sekelompok lobuli dibungkus oleh  haringan ikat sehingga terbentuk lobus atau lobi (terdiri dari banyak lobus).
Pita-pita berwarna putih dari jaringan ikat terdapat di seluruh bagian dari ambing dan merupakan jaringan penunjang bagi jaringan sekretorik.
Kuartir depan dan belakang dipisahkan oleh suatu jaringan ikat tipis berwarna putih, jaringan ini merupakan kapsul jaringan ikat yang memisahkan lobi antara kuartir-kuartir tersebut.
Suatu ambing yang keras di namakan hard udder, Jika ambing tersebut lebih banyak mengandung jaringan ikat di bandingkan jaringan sekretorik keadaan tersebut merupakan sifat yang di turunkan atau di sebabkan oleh penyakit mastitis. sehingga sel-sel sekresi diganti dengan jaringan ikat.
3. Puting
Puting susu berbentuk silindris atau kerucut yang berujung tumpul.  Puting susu belakang biasanya lebih pendek dibandingkan puting susu depan. Bila menggunakan mesin perah putting susu yang pendek lebih menguntungkan dibanding dengan yang panjang, karena milk-flow rate-nya lebih cepat, dengan perkataan lain sapi dengan puting panjang diperah lebih lama dari pada puting pendek. Sifat terpenting puting untuk pemerahan efisien adalah (1) ukuran sedang, (2) penempatan baik, dan (3) cukup tegangan pada otot spinkter sekitar lubang puting agar memudahkan pemerahan dan susu tidak menetes.
Pada umumnya puting pada sapi perah tidak di tumbuhi bulu, dan tidak terdapat kelenjar keringat pada puting. Panjang puting pada sapi perah yang sedang laktasi kurang lebih 6-9cm. Pada ujung puting terdapat lubang puting atau streak canal, atau dinamakn juga teat meatus, dan melewati lubang puting kurang lebih 8-12 ml, dan terdapat sel yang membentuk lipatan pada lubang puting yang bergandengan satu sama lain sehingga dapat menahan keluarnya susu sebelum di perah. Sel-sel ini mensekresikan cairan semacam lipida yang bersifat bakteriostastik, ini penting untuk mencegah infeksi mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit mastitis.
Di sekeliling lubang puting terdapat urat daging sirkuler atau melingkar yang memungkinkan lubang puting ini sebagai klep (sphinter) terhadap keluarnya susu. Kekuatan dari urat daging sirkuler yang terdapat pada lubang puting mempengaruhi kecepatan, mudah tidaknya suatu kuartir ambing saat di perah.

C. Proses Mengalirnya Air Susu
            Proses mengalirnya susu sapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
            1. Faktor        Makanan
            Makanan merupakan faktor penting ketika berurusan dengan kualitas dan kuantitas susu sapi perah. Untuk idealnya pemberian makan sapi yang baik adalah dengan memberi makan dengan takaran 10% dari            berat.tubuh.
            Untuk jenis makanan, rumput gajah merupakan pilihan yang cukup baik untuk bisa menjadikan susu berkualitas bagus. Namun jika ingin lebih bertambah bagus, Anda bisa memberi makan dengan rumput     kaliandra.
            Sebelum di makan oleh sapi, sebaiknya pemberian makan berupa rumput gajah dicacah terlebih dahulu, baik secara manual atau menggunakan mesin pemotong rumput gajah yang sering disebut dengan chopper. Pencacahan pakan ini berfungsi.untuk.mempermudah.sapi.dalam.mencerna.makanan.
            Sebisa mungkin jangan terlalu sering memberi makan sapi berupa katul, karena bukan kualitas susu yang akan di dapat. Pemberian makan berupa katul hanya akan menambah kuantitas dan akan mengurangi kualitas susu yang dihasilkan.
            Pemberian makan sapi juga sebaiknya tidak dilakukan pada saat sapi diperah, karena air susu sapi dapat menyerap aroma dari pakan ternak     tersebut.

            2. Faktor Proses Memerah   Susu
            Idealnya, dalam kurun waktu sehari, sapi bisa diperah dua sampai tiga kali dengan hasil kurang lebih 15 liter dalam setiap satu kali pemerahan. Dan jika sapi tidak diperah dalam kurun waktu lebih dari sehari, puting susu sapi bisa mengalamiperadangan.(mastitis).
            Sebelum diperah, usahakan untuk selalu membersihkan paha dan puting sapi dengan kain yang dibasahi dengan air panas untuk menjaga susu tidak terkontaminasi.
            Untuk tenaga kerja kerja manual (tangan manusia), seseorang bisa memerah sapi hingga 7 ekor sapi. Memang berbeda jauh jika menggunakan mesin pemerah, karena mesin tersebut mampu memerah hingga ratusan sapi bahkan lebih    dalam sekali..proses..
            3..Faktor.Kondisi.Sapi
            Kualitas susu juga sanagt ditentukan oleh kondisi sapi. Yang sering terjadi ketika sapi akan melahirkan, berat jenis susu akan mengalami penurunan. Di samping itu sapi yang tidak sehat juga dapat memperngaruhi kualitas susu dan bahkan penyakit pada sapi berupa TBC bisa menular ke manusia melalui susu yang dihasilkan.
            Selain TBC, sapi juga bisa terkena penyakit Anthrax dan Brucellosis. Ciri-ciri sapi yang terkena Anthrax ditandai dengan keluarnya darah melalui hidung. Sedangkan penyakit brucellosis bisa menyebabkan sapi mengalami keguguran.

            4..Faktor.Perawatan
            Dari segi perawatan, yang perlu diperhatikan adalah sapi dan tempatnya (kandang). Untuk proses perawatan berupa pembersihan sapi dan kandang sebaiknya dilakukan sebelum sapi akan diperah. Tujuannya untuk meminimalisir bakteri yang dapat mempengaruhi kualitas     susu.







III. METODEOLOGI  PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat
Praktikum proses mengalirnya air susu pada sapi perah dilakukan pada hari sabtu 10 Januari 2015 jam 09.00 sampai selesai, Praktikum ini dilaksanakan di Labolatorium Lapang Ruminansia Kandang atas Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo Kendari.
B.       Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum proses mengalirnya air susu pada sapi perah adalah sebagai berikut :
No.
Nama Alat
Kegunaan
1.
Alat Tulis
Untuk mencatat hasil amatan
2.
Cutter/ pisau
Untuk memotong bahan
3.
Jangka Sorong
Untuk Mengukur bahan
4.
Tali
Untuk mengukur bahan
5
Daun Pisang
Untuk tempat menyimpan bahan
4.
Sapu tangan
Untuk pelindung tangan

Bahan yang digunakan pada praktikum proses mengalirnya air susu pada sapi perah adalah sebagai berikut :
No.
Nama Bahan
Kegunaan
1.
Kambing Jantan
Untuk Bahan amatan
2.
Ambing sapi
Untuk Bahan Amatan



C. Prosedur Kerja
     Prosedur  kerja yang dilakukan pada praktikum proses mengalirnya air susu pada sapi perah ini yaitu :
1.    Mendengarkan Penjelasan dari dosen tentang sapi perah atau kambing perah.
4.        Menyiapkan alat dan  bahan  yaitu  alat tulis, jangka sorong, pisau, tali, sapu tangan, daun pisang, kambing dan ambing.
5.        Mengukur bagian – bagian ambing dari kambing dan sapi.
4. .  Mencatat hasil pengamatan.
5.    Membuat Laporan.













VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pratikum
   Hasil pengamatan praktikum proses mengalirnya air susu pada sapi perah dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1 dan 2. Hasil praktikum pengamatan proses mengalirnya air susu pada sapi perah
v  Sapi 1
No.
Bagian-bagian ambing
Hasil Pengukuran
1.
Panjang puting depan
3 cm
2.
Panjang puting belakang
3,5 cm
3.
Diameter puting depan
6,0 cm
4.
Diameter putting belakang
6,5 cm
v  Sapi 2
No.
Bagian-bagian ambing
Hasil Pengukuran
1.
Lingkar puting depan
5 cm
2.
Panjang puting depan
3 cm
3.
Lingkar putting belakang
5 cm
4.
Panjang puting belakang
4 cm

B. Pembahasan
                             Gambar 1. Ambing sapi perah 1                                  Gambar 2. Ambing sapi perah 2
            Ambing merupakan kelenjar kulit yang ditumbuhi bulu, kecuali pada puting, empat saluran susu yang terpisah bersama menuju ambing (Blakely dan Bade, 1998). Ambing terdiri atas dua bagian yaitu bagian sebelah kanan dan bagian sebelah kiriyang dipisahkan oleh selaput pemisah yang tebal dan terletak memanjang badan sapi dan membantu melekatkannya ambing pada tempatnya (Syarief dan Sumoprastowo,.(1990).
            Berat dan kapasitasnya naik sesuai dengan bertambahnya umur, setelah sapi mencapai umur 6 tahun, berat dan kapasitas ambing tidak akan naik lagi (Blakely dan Bade, 1998). Bagian ambing dibagi atas kuartir depan dan kuartir belakang yang dibatasi oleh jaringan pengikat yang tipis dan tiap perempatan ambing itu mempunyai saluran tempat keluarnya air susu yang disebut saluran puting (Syarief dan Sumoprastowo,.(1990).
            Bagian ambing terbagi atas kuartir depan dan belakang yang dibatasi oleh jaringan pengikat dan mempunyai saluran keluarnya air susu yang disebut puting, rongga puting melebar ke arah rongga ambing (udder sistern) (Syarief dan Sumoprastowo, 1990). Berat ambing tergantung umur, masa laktasi, banyaknya air susu di dalam ambing dan faktor genetis. Kapasitas terbesar pada laktasi yang ke dua dan tiga (Blakely dan Bade,     1998).
            Dua kuartir depan biasanya berukuran 20% lebih kecil dari kuartir ambing bagian belakang dan antara kuartir itu bebas satu dengan yang lainnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa sapi perah adalah suatu jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu, contohnya adalah Ayshire, Guernsey dan Friesian Holstein (Blakely dan Bade, 1998). Sapi betina dapat berproduksi dengan baik pada umur dua tahun dan bobot badannya sekitar 225-300 kg tergantung dari jenis dan bangsa sapinya. Idealnya lama laktasi normal adalah 305 hari dengan 60 hari masa kering tergantung dengan proses kebuntingan dan masa perkawinannya kembali (Williamson.dan.Payne,.(1993).
            Ambing pada sapi dara secara anatomi sama dengan ambing pada sapi laktasi terutama pada kenampakan secara eksterior. Perbedaannya terletak pada ukuran ambing dan anatomi bagian dalamnya, yaitu belum sempurnanya kerja dari sel-sel penghasil susu. Ambing pada sapi dara terdiri dari banyak lemak dengan jaringan lobula alveoler yang sedikit dan pada sapi laktasi sebaliknya, dimana saluran-saluran tumbuh keluar dari saluran interlabuler. Pengganti tenunan lemak kemudian membentuk lobula alveoler (Blakely dan Bade, 1998).
            Sapi betina yang telah mencapai dewasa kelamin, maka esterogen merangsang perkembangan sistem duktus yang besar. Siklus estrus yang berulang, menyebabkan perkembangan jaringan kelenjar susu lebih cepat. Bila sapi dara telah mengalami beberapa kali siklus estrus, maka folikel berkembang menjadi corpus luteum dan memproduksi hormon progesteron, yang menyebabkan perkembangan sistem labula alveoler. Kelenjar mammae atau ambing pada sapi terdiri dari empat bagian. Tiap bagian apabila dilihat dari segi jaringan kelenjarnya merupakan suatu kesatuan yang terpisah.dan.tidak.dapat.diuraikan.lagi.(Frandson,1996).
            Masing-masing bagian dari ambing tersebut merupakan kesatuan sendiri-sendiri. Pemisahan ambing menjadi dua bagian ke arah ventral yang ditandai dengan adanya kerutan longitudinal pada lekukan intermammae. Parenkim dari kelenjar mamae dalam beberapa hal mirip dengan jaringan paru-paru, atau dengan kata lain mirip dengan setandan anggur, dengan alveoli sebagai buah anggurnya, dengan berbagai tingkat duktus digambarkan sebagai batangnya. Alveoli merupakan struktur utama untuk produksi susu (Frandson, 1996).
            Perbandingan kelenjar susu atau organ yang berperan dalam laktasi susu dengan kelenjar lemak pada usia kebuntingan ketiga bulan pertama belum terlihat jelas bila dibandingkan pada usia kebuntingan keempat dimana saluran-saluran dan inter lobuler tumbuh keluar dan mengganti tenunan lemak kemudian membentuk lobulus alveoler yang diikuti oleh penebalan jaringan ikat (Blakely dan Bade, 1998).
           
V. PENUTUP

A. Kesimpulan
                Kesimpulan yang dapat di ambil dari praktium ini adalah
1.      Susu diproduksi oleh glandula mammae dari kumpulan sel-sel epithelial sekretori yang spesifik. Sel-sel ini membentuk struktur yang disebut alveoli. Sel-sel alveoli dikelilingi oleh sel-sel kontraktil yang disebutt sel-sel myoepithelial. Sel-sel berkontraksi sebagai respon dari hormone yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary yaitu oxytocin. Kelenjar mammae adalah kelenjar eksokrin dimana sekresi eksternal dari alveoli dialirkan melalui system pembuluh ke puting yang dapat dihisap oleh anaknya.

2.      Jenis – jenis sapi perah yaitu Sapi Red Sindhi, Sapi Yersey, Sapi Guernsey, Sapi Ayrshire, Sapi Brown Swiss, api Red Sindhi, Sapi Sahiwal, dan Sapi peranakan Fries Holland (PFH).
3.      Hasil pengukuran ambing sapi perah yaitu Panjang puting depan 3 cm, Panjang puting belakang 3.5 cm, Diameter puting depan 6,0 cm, Diameter putting belakang 6,5 cm
           
C.      Saran
            Saran yang dapat saya ambil dalam pratikum ini yaitu sebaiknya  praktikum ini di umumkan jauh – jauh hari sebelum mahasiswa peternakan angkatan 2013 belum pulang kampung, karena pada saat melaksanakan praktikum banyak mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum karena mereka berada dikampung halaman yang pada akhirnya akan berpengaruh pada proses administrasi ( pengurusan nilai ) di fakultas Peternakan.



DAFTAR PUSTAKA

Astuti, T.Y, Marjono, S. dan Haryati S., 2001. Buku Ajar Dasar Ternak Perah. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Hal. 64-84

Bath, D. L., F. N. Dickinson, H. A. Tucker, and R. D. Appleman. 1985. Dairy Cattle : Principles, Practices, Problems, Profits. 3rd Edition. Lea & Febiger, Philadelphia. 291-305.
Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson, H. A. Tucker, and R. D. Appleman. 1973. Dairy Cattle : Principles, Practices, Problems, Profits. Reprinted. Lea & Febiger, Philadelphia. 390-406.
Hadiwiyoto, S. 1983. Tehnik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty, Yogyakarta

Legowo, A.M., Kusrahayu., dan Mulyani.S. 2009. Ilmu dan Teknologi Susu. BP UNDIP. Semarang

SNI (Standar Nasional Indonesia). 1992. SNI 01-3141-1992 tentang Syarat Mutu Susu Segar. Dewan Standarisasi Nasional-DSN, Jakarta.

Wikantadi, B. 1978. Biologi Laktasi. Bagian Ternak Perah, Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar