Rabu, 26 April 2017

LAPORAN LENGKAP ILMU TILIK DAN TINGKAH LAKU TERNAK


LAPORAN LENGKAP
ILMU TILIK DAN TINGKAH LAKU TERNAK

OLEH:
Gorisman Matualesi
L1A1 13 009
KELAS: A

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013

BAB I
  PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing.
Istilah "Ayam kampung" semula adalah kebalikan dari istilah "ayam ras", dan sebutan ini mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran bebas di sekitar perumahan. Namun demikian, semenjak dilakukan program pengembangan, pemurnian, dan pemuliaan beberapa ayam lokal unggul, saat ini dikenal pula beberapa ras unggul ayam kampung . Untuk membedakannya kini dikenal istilah ayam buras (singkatan dari "ayam bukan ras") bagi ayam kampung yang telah diseleksi dan dipelihara dengan perbaikan teknik budidaya (tidak sekadar diumbar dan dibiarkan mencari makan sendiri). Peternakan ayam buras mempunyai peranan yang cukup besar dalam mendukung ekonomi masyarakat pedesaan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan pemeliharaannya relatif lebih mudah.
1.2 Tujuan pratikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tingkah laku ayam kampung dengan pola pemeliharaan intensif di kandang pembibitan unggas di FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HALU OLEO.





1.3 Manfaat pratikum
Adapun manfaat pada pratikum kali ini adalah semua pratikan dapat mengetahui dan memahami tingkah laku ayam kampung dengan pola pemeliharaan intensif di kandang pembibitan unggas di FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HALU OLEO.

1.4. Rumusan masalah
1. Bagaimana mengetahui dan memahami tingkah laku ayam kampung dengan pola pemeliharaan intensif di kandang pembibitan unggas di FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HALU OLEO.


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam kampong
Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing Istilah "Ayam kampung" semula adalah kebalikan dari istilah "ayam ras", dan sebutan ini mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran bebas di sekitar perumahan.
Namun demikian, semenjak dilakukan program pengembangan, pemurnian, dan pemuliaan beberapa ayam lokal unggul, saat ini dikenal pula beberapa ras unggul ayam kampung. Untuk membedakannya kini dikenal istilah ayam buras (singkatan dari "ayam bukan ras") bagi ayam kampung yang telah diseleksi dan dipelihara dengan perbaikan teknik budidaya (tidak sekadar diumbar dan dibiarkan mencari makan sendiri). Peternakan ayam buras mempunyai peranan yang cukup besar dalam mendukung ekonomi masyarakat pedesaan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan pemeliharaannya relatif lebih mudah(Goenarso;2003).
            Ayam kampung adalah sebutan di Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak ditangani dengan cara budidaya massal komersial serta tidak berasal-usul dari galur atau ras yang dihasilkan untuk kepentingan komersial tersebut.Ayam kampung tidak memiliki istilah ayam kampung petelur ataupun pedaging. Hal ini disebabkan ayam kampung bertelur sebagaimana halnya bangsa unggas dan mempunyai daging selayaknya hewan pada umumnya.
Sejarah ayam kampung dimulai dari generasi pertama ayam kampung yaitu dari keturunan ayam hutan merah (Gallus gallus). Jenis ayam kampung sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Kutai.. Pada saat itu, ayam kampung merupakan salah satu jenis persembahan untuk kerajaan sebagai upeti dari masyarakat setempat. Keharusan menyerahkan upeti menyebabkan ayam kampung selalu diternakan oleh warga kampung dan menyebabkan ayam kampung tetap terjaga kelestariannya. Indonesia dianggap sebagai negara produsen yang aman karena produk ternak yang masih murni alami, dan bebas penyakit mulut dan kuku. Sampai saat ini ekspor hasil peternakan Indonesia relatif kecil dibandingkan nilai impor, tetapi tetap menggembirakan karena ekspor terus mengalami pertumbuhan 17 persen per tahun (Djanubito, 1994.). 
2.2. Tingkah laku ayam kampong
Tingkah laku ternak  merupakan suatu kondisi penyesuaian hewan terhadap lingkungannya dan pada banyak kasus merupakan hasil seleksi alam seperti terbentuknya struktur fisik.  Setiap hewan akan belajar tingkah lakunya sendiri untuk beradaptasi dengan lingkungan tertentu. Satwa liar yang didomestikasi akan mengalami perubahan tingkah laku yaitu berkurangnya sifat liar, sifat mengeram, sifat terbang dan agresif, musim kawin yang lebih panjang dan kehilangan sifat berpasangan (Claude, 1999).
Tingkah laku ayam pada tingkat adaptasi ditentukan oleh kemampuan belajar  untuk menyesuaikan tingkah lakunya terhadap suatu lingkungan yang baru. Tingkah laku maupun kemampuan belajar ayam ditentukan oleh sepasang atau lebih gen sehingga terdapat variasi tingkah laku individu dalam satu spesies meskipun secara umum relatif sama dan tingkah laku tersebut dapat diwariskan pada turunannya yaitu berupa tingkah laku dasar.(Ciptono; 2007).
Beberapa tingkah laku Hubungan anak - induk yaitu: Secara alamiah 15 menit setelah menetas anak ayam menciap-ciap bila tidak menemukan induknya butuh kehangatan induk merasa terpanggil oleh ciapannya :IMPRINTING           Penglihatan kurang berperan: Percobaan dengan cungkup gelas anak  ayam dalam cungkup tidak tembus suara, anak ayam tidak akan didekati oleh induknya, meskipun jelas terlihat anak ayam di balik       dinding akan terus dicari induknya, karena terdengar suaranya paling penting pada hubungan anak ayam dengan induk adalah melalui   pendengaran. Letak induk dan anak berjauhan induk dapat mengetahui keadaan anaknyaÞ melalui suaranya.misal: anak ayam menciap karena:  kesulitan/kesakitan/terjepit tidak ada makanan, ketakutan: ada elang tersesat kegirangan karena mendapat cacing Induk akan ”mengutruk” sebagai tanda memanggil anaknya : ada makanan memanggil anaknya : untuk mengikuti memberitahu adanya bahaya         memberitahu posisi dan keberadaannya. Induk mengasuh anak : anak tidur / berlindung dibawah lipatan sayap induknya   Bila anak sudah berumur 12–16 minggu :penyapihan dimulai, hubungan antara induk - anak mulai renggang pada umur tersebut anak aayam mampu mencari makan sendiri, menghindari bahaya bila tidak mau pisah Þ dipatuk/diusir.(Ferianta: 2007).

2.3. Sistem pemeliharaan
                 Sistem pemeliharaan pada ternak ayam kampong yang perlu di perhatikan yaitu Pakan dan pola makan ayam kampong. Pakan hewan harus cukup jumlahnya dan berkualitas baik. Pakan hendaknya mengandung nutrisi yang tinggi seperti karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan kandungan-kandungan lainnya
(Nurul H, ; 2008).
Pakan hewan dapat berupa serat kasar dan konsentrat. Serat kasar terdiri atas sejumlah pakan yang berisi nutrisi dengan konsentrasi yang rendah, seperti hay, silage, dan batang jagung . konsentrat adalah bahan pakan dengan nutrisi tinggi dan termasuk tanaman biji-bijian dan residu dari proses industri bijian dan bahan lain untuk konsumsi orang (Feriata ; 2007).
 Pakan yang dicampur secara tidak merata dapat menyebabkan ketidakseragaman berat pasar ayam. Hal ini dikarenakan ayam tidak menerima zat gizi yang merata. Dengan kata lain, mungkin terdapat ayam yang menderita zat gizi yang berlebihan dan adapula yang kekurangan. Bentuk butiran yang terlalu besar dengan bahan pakan lainnya, karena ayam cenderung memilih butiran yang besar. Untuk menghindari hal ini, maka pakan-pakan dibuat pelet. Dengan pelet ayam mau tidak mau akan memakan pakan tersebut tanpa bisa memilih
Menurut para ahli menggemukakan :
Rasyaf (2002) berpendapat bahwa makanan dan minuman tetap harus diberikan. Tempat minum dibersihkan dahulu, kemudian dibersihkan dahulu kemudian diidi dengan air minum baru yang bersih. Tiga hari pertama tetap diberikan air minum bercampur vitamin, mineral + antibotika. Tetapi tidak perlu dicampur gula lagi. Vitamin, mineral dan antibiotika berguna untuk memulihkan kondisi anak unggas dan mencegah kemungkinan serangan penyakit. Kemudian makanan diberikan sesuai dengan kebutuhan anak unggas.
Djanah (1985) menyatakan bahwa pengaturan kapasitas kandang tidak boleh berlebihan (over crowed) sehingga ayam berjejas-jejas. Karena ayam broiler memiliki badan besar, maka kepadatan harus diusahakan lebih longgar dari pada petelur. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin suasana kandang tetap segar dan ayam dapat kesempatan makan minum yang sama. Tingkat kepadatan setiap kandang sangat ditentukan oleh : umur ayam yang bersangkutan, suhu lingkungan daerah panas atau dingin, ventilasi sempurna atau tidak ada kandungan CO2
            Fadillah (2000) berpendapat bahwa pakan untuk ayam broiler komersial harus tersedia setiap saat atau full feed. Sementara itu, teknik pemberian pakan pada ayam broiler breeder relatif beragam dengan tujuan untuk mencapai berat badan pullet sesuai dengan standar dan tingkat keseragamannya.
            Fadillah (1998) berpendapat bahwa secara garis besar nutrisi dalam pakan ayam tersiri dari karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin dan air. Energi sering dikelompokan sebagian dari zat makanan karena dihasilkan dari proses metabolisme karbohidrat, lemak dan protein tubuh.
Djanah (1985) menyatakan bahwa pengaturan kapasitas kandang tidak boleh berlebihan (over crowed) sehingga ayam berjejas-jejas. Karena ayam broiler memiliki badan besar, maka kepadatan harus diusahakan lebih longgar dari pada petelur. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin suasana kandang tetap segar dan ayam dapat kesempatan makan minum yang sama. Tingkat kepadatan setiap kandang sangat ditentukan oleh : umur ayam yang bersangkutan, suhu lingkungan daerah panas atau dingin, ventilasi sempurna atau tidak ada kandungan CO2
            Vick tobing (2004), menyatakan bahwa pada hari pertama minggu ke 3, pemanas sudah bisa pada hari pertama minggu 3, pemanas sudah bisa dikeluarkan dari kandang dan tirai plastik disekelilng kandang mulai diatur pembukaan dan penutupannya. Tirai digunakan untuk mengontrol kestabilan suhu kandang dari daerah tropis perbedaan suhu siang dan malam sangat tinggi. Untuk itu tirai harus dibuka. Pada siang hari dan tutup pada malam hari. Pembukaan dan penutupannya tirai perlu disesuaikan dengan suhu ruang yang harus konstan sebesar 29oC.










BAB III
METODE PRATIKUM
3.1. Waktu dan tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari selasa, 22 november 2013 di Kandang Peternakan Universitas halu oleo kendari pada pukul 08.00 sampai dengan selesai.

3.2. Bahan dan alat
            Adapun bahan yang digunakan pada pratikum kali ini adalah:
Bahan
Kegunaan
Ayam kampong
Sebagai obyek pengamatan
           
            Adapun alat yang digunakan paa pratikum kali ini adalah:
No
Alat
Kegunaan
1
Buku
Untuk mencatat hasil pengamatan
2
Folpen
Untuk menulis
3
Kamera
Untuk mengambil gambar atau video selama pengamatan dilakukan.

 3.3. Prosedur pratikum
            Langkah pertama yang dilakukan dalam praktikum Ilmu tilik dan tingkah laku dan Kinerja tentang pengamatan tingkah laku ayam kampong dengan pemeliharaan intensif di kandang pembibitan unggas  Fakultas Peternakan Universitas Halu oleo Kendari yaitu : mengamati tingkah laku social ayam kampong dengan karateristik ayam betina mancakar, gelisah, sedangkan pada ayam kampong jantan  dengan karateristik bertengker.selanjutnya mengamati tingkah laku bertelur, mengamati tingkah laku kawin, mengamati tingkah laku minum dengan karateristik menelan air sebanyak 7 kali lalu ternak tersebut diam sejenak, sambil mengamati tingkah laku ternak tersebut kami mencatat hasil pengamatan yang kami peroleh dan kami merekam pada tingkah laku bertelur dan tingkah laku  kawinnya. Selanjutnya kami mengamati tingkah laku makan pada semua ternak dengan karateristik memotok sebanyak 5 kali lalu berhenti sejenak, lalu kami menulis hasil pengamatan yang kami peroleh dari hasil penelitian























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil pengamatan
A. Tingkah laku sosial
Tingkah laku (etogram)
Gambaran karateristik yang di amati
Tingkah laku social
Ayam betina mencakar-cakar, tegang, mencakar-cakar.
Tingkah laku sosial tenak adalah tingkah laku yang biasa dan dapat diduga yang terjadi antara dua atau lebih individu pada kelompok orang atau hewan (Lynch dan Alexander, 1986) hubungan sosial berdasarkan jenis kelamin dan umur (Tabel 1.1). Manusia telah mengubah pengelompokan sosial ternak. ternak sering hanya dikelompokkan menjadi satu jenis kelamin atau satu kelompok umur saja, bukannya campuran dari keduanya atau kelompok yang kompleks yang terdiri dari hewan dengan tingkat reproduksi yang masih berfungsi, muda, dan anak-anak yang didapatkan sebelumnya dalam keadaan liar. Control terhadap kelompok-kelompok sering diubah, yang mengarah pada tingkah laku menyerang sementara hubungan dominasi sedang dibentuk kembali. Factor-faktor managemen ini mungkin mempengaruhi tingkah laku ternak peliharaan. Tingkat pengaruh paling tidak sama dengan pengaruh seleksi genetik.
Hubungan sosial atara hewan berdasarkan jenis kelamin dan umur yaitu
Jantan-jantan lain Hirarki dominasi yang tertinggi-terendah; daerah bagi subordinansi, Jantan-betina kemungkinan interaksi social Hubungan seksual, hubungan dominasi, Jantan-anak intraksi sosialnya Penjagaan, tidak peduli, kekejaman, Betina-betina interaksi sosialnya Berkelompok, hubungan dominan, penjagaan terhadap anak, etina-anak interaksi sosialnya Pemeliharaan, perlindungan, menyusui, tidak peduli, Anak-anak tingkah laku sosialnya Hubungan teman, bermain, hubungan dominasi.
B. Tingkah laku makan
Tingkah laku (etogram)
Gambaran karateristik yang di amati
Tingkah laku makan
Mematok sebanyak 5 kali lalu berhenti sejanak
Anak ayam baru menetas : mematuk segala , lama-lama bisa memilih objek yang harus dipatuk proses belajar:Þ < 30 jam setelah menetas : cerebellum 30 jam kemampuan mengingat menurunÞ           pilihan ayam:Þ bentuk, warna, sentuhan
 periode gugup : periode mencoba bila sering terjadi, akan berpengaruh terhadap produksi (biasa terjadi pada pemberian pakan yang berubah-ubah)            Nafsu makan  meningkat bila melihat temannya makan. Sedangkan pada ayam yang dewasa.
C. Tingkah laku minum
Tingkah laku (etogram)
gambaran karateristik yang dia amati
Tingkah laku minum
Menelan air sebanyak 7 kali lalu diam sejenak
Anak ayam tidak belajar minum, tetapi belajar makan, mematuk. Mula-mula mematuk serpihan ringan (dedak) yang meng-apung di atas air, dari pengalaman itu ayam belajar minum Praktis: Makan dan minum diberikan dalam waktu 24 jam setelah menetas, makin cepat belajar  makin baik Ayam sangat membutuhkan air. Pada ayam yang dewasa tingkah laku minumnya berbeda dan ayam dewasa proses menelan air sebanyak 7 kali lalu diam sejanak selanjutnya di lanjutkan lagi sampai rasa hausnya hilang.




D. Tingkah laku kawin (seksual)
Tingkah laku (etogram)
Gambaran karateristik yang diamati
Tingkah lalu kawin
ayam betina ser betina lalu berputar mengelilingi betiana
Tingkah laku seksual termasuk tingkah laku sosial, sebab:     Menyangkut lebih dari satu ekor Ayam adalah hewan poligami, pada jantan Tarian WALTZ merendahkan sayap mendekati betina melangkah ke samping betina hingga dekat sekali.Ada 3 macam tarian WALTZ diperlihatkan kepada BETINA Sebagai pinangan
 Yang sudah siap kawinSetelah selesai kawin Aktivitas pengganti mengalihkan dorongan seksual.Bila pinangan tidak ada tanggapan, JANTAN
­ mematuk-matuk batu/mengais-ais sambil memanggil BETINA. Jika tetap tidak ada tanggapan, BETINA dikejar.
Penegakkan bulu Leher jantan ditinggikan, bulu ditegakkan, bulu seluruh badan bergetar dilakukan sebelum & sesudah kawin Gerakan Ekor Ekor si jantan digerakkan dengan cepat dalam arah horizontal Gerakan Kepala Kepala dimiringkan, kemudian digerakkan membuat satu lingkaran Penyisiran Bulu
Menggosok-gosokkan kepala pada sayapnya Hentakan Kaki Jantan berlari dengan kaki dibengkokkan, sayapnya direndahkan, sehingga menyentuh tanah, leher dipendekkan
­ Biasanya dilakukan sebelum jantan mengejar betina.­ Gerakan Abnormal Jantan mengitari betina sambil mengawasinya dengan seksama­
 Jantan mendekati betina dari belakang lalu mematuk kepala/leher betina sambil mengepakkan sayapnya dengan cepat
­. Pada betina Menolak dikawini : lari­
 Menerima
­ : dada, ekor merapat ke tanah, sayap dikem-bangkan untuk menjaga keseimbangan. Bersarang Akan bertelur, gelisah­ Proses bertelur mempengaruhi jiwa ayam­Þtenang bila ada sarang yang ada telurnya.  Mengeram Dapat  dihilangkan melalui seleksi Untuk mencegah ayam betina mengeram:
 Kandang jangan terlalu gelap
­ Suhu jangan terlalu tinggi­ Litter jangan terlalu tebal­Dikeluarkan dari kelompok­ Menghentikan ayam betina mengeram:
 Dilepas, dibiarkan jalan-jalan
­Kandang yang sejuk­ Dimandikan (suhu tubuhnya diturunkan).­Mengasuh Anak Induk umumnya agresif­  Penyapihan terjadi pada umur anak 12 – 16 minggu, induk berahi lagi­ Komunikasi Penglihatan untuk pengenalan dan ingatan­bentuk dan warna kepala (jengger dan pial)Þ
 warna bulu sayap/tubuh
ÞPendengaran­ Suara (kokok) sebagai alat komunikasi antara induk dengan anak, atau betina memberi tanda pejantan.












BAB V
KESIMPULAN
5.1  Kesimpulan
1.   Tingkah laku ternak merupakan tingkah laku untuk mencapai kenyamanannya dan menambah perkembanganya.
2.   Tingkah laku setiap ternak berbeda perkomuniti dan mempunyai tujuan masing-masing dengan itu kita dapat menyiapkan fasilitas atau hal yang dibutuhkan dari ternak contoh kandang yang nyaman, tempat makan yang sesuai, memisahkan kolompok agar tidak ada terjadi dominan dan subordinat yang merugikan subordinat, memberi obat yang tidak meringankan rasa gatal (membersihkan/memberi obat) pada ternak bila mereka terlihat sangat tidak nyaman dan kandang yang tidak terlalu sesak terhadap komuniti.
3.   Cara peternak memberi fasilitas memberi dampak pada tingkah laku ternak.Ayam adalah salah satu jenis hewan dari kelas Aves (unggas) yang bisa dimanfaatkan untuk kehidupan manusia karena hidupnya pun di sekitar lingkungan manusia. Dalam siklus kehidupan ayam terdapat berbagai proses yang mempengaruhi perkembangbiakan ayam itu sendiri. Di antaranya dari segi morfologi ayam, perilaku ayam dan proses embriologi ayam. Berbagai hal juga perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ayam.

5.2  Saran
Dari kesimpulan tersebut bisa didapat berbagai saran bagi kita sebagai makhluk yang peduli dengan keadaan makhluk lain di sekitar kita juga bagi si peternak ayam. Kita harus memperhatikan bagaimanakah perilaku ayam, apakah sehat atau terserang penyakit. Kita juga perlu mewaspadai tertularnya penyakit atau virus dari induk ke anak-anak ayam. Sehingga kita dapat menyusun langkah-langkah bagaimanakah agar perkembangbiakan ayam yang dipelihara bisa tetap utuh dan lancar.
DAFTAR PUSTKA


Djanubito, Prof.Dr. Mukayat, Brotowidjoyo, M.Sc.1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
 A.Viile, Claude, Waren F. Walker, Robert, D. Burnes. 1999. General Zoology. Jakarta: Erlangga.
Nurul H, Arif. 2008. Buku Pintar Flora dan Fauna Untuk Anak Cerdas. Jakarta: Kids Book.
 Goenarso, Darmadi, dr. Suripto. 2003. Fisiologi Hewan. Jakarta : UT.
Ciptono, M.Si, Ir. 2007. Hand-out Kuliah Histologi-Embriologi Hewan. Yogyakarta: UNY.
Ferianta Fachrul, Dr. Melati. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Anonim, 2008. Bahan Ajar Abatoir dan Ilmu Teknik Pemotongan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. PT. Dadi Kayana Abadi, Jakarta.
Soeparno, 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogjakarta.
Anonim, 2008. Bahan Ajar Abatoir dan Ilmu Teknik Pemotongan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. PT. Dadi Kayana Abadi, Jakarta.
Todingan, 2010. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogjakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar